Momen Tidak Terlupakan Saat Lebaran

Idulfitri udah lewat nih #DFsister. Gimana hari Lebaran kalian? Dapat THR banyak gak? Pastinya pas hari Lebaran kemarin banyak momen yang cuma terjadi pas Idulfitri. Dari momen diri sendiri atau pun momen bersama orang lain, seperti keluarga dan kerabat. Mindaf mau ceritain beberapa momen yang cuma ada pas Idulfitri nih!

Sebelum Idulfitri, pastinya puasa dulu dong. Nah, pas puasa ini pasti bakal ada war tiket angkutan umum, seperti kereta, bis, dan pesawat. Gak jarang pasti banyak #DFsister yang rela bergadang demi tiket mudik. Hayo ngaku siapa nih yang udah rela bergadang terus malah gak dapat tiket mudik? Soalnya Mindaf gitu huhu. 

Dafanya Ilustration 1. Momen Tidak Terlupakan Saat Lebaran

Udah pusing mikirin war tiket, ternyata malah gak dapat. Waktu ada tiket yang bisa dibeli, harganya dua kali lipat dari harga normal, bahkan ada yang sampe jutaan! Akhirnya coba cek alternatif transportasi umum lain, pas dilihat, ternyata sama juga harganya naik dua kali lipat, ada juga yang sampe tiga kali lipat. Pusingnya malah jadi makin bertambah habis liat harga tiket transportasi lain. Perkara tiket mudik jadi mikir apa gak usah mudik aja ya daripada harus keluar uang banyak.

Habis mikirin tiket, tiba-tiba udah mudik aja nih. Apa yang ada di pikiran #DFsister kalau denger kata ‘mudik’? Pasti ada kata ‘macet’ kan? Macet ini juga jadi salah satu ciri khas dari Idulfitri. Mulai dari transportasi pribadi sampai transportasi umum kena macet semua. Buat yang mudik pakai kereta, saat perjalanan pergi dan pulang dari stasiun pasti juga akan terkena macet. 

Dafanya Ilustration 2. Momen Tidak Terlupakan Saat Lebaran

Keadaan macet tentu bikin perjalanan terhambat, tetapi, di tengah kemacetan kita juga dapat melihat keberagaman orang-orang yang mudik. Terjebak macet hingga waktu buka puasa tiba? Jangan khawatir! Di momen seperti ini pasti banyak warga sekitar yang berjualan takjil seperti es buah, es kelapa muda, atau sekadar es teh. Hitung-hitung sekalian ngerasain buka puasa di tengah kemacetan, kan.

Kisah Muhasabah Hafshah binti Umar bin Khatab

Setelah sebelumnya kita telah mengetahui kisah Abu Bakar as-Siddiq, hari ini kita cari tahu kisah musahabah yang lain yuk! Siapa yang sudah tidak asing dengan Hafshah binti Umar bin Khatab? 

Hafshah binti Umar bin Khatab adalah istri Nabi Muhammad SAW. dan anak dari Umar bin Khatab. Pada masa itu, Hafshah memiliki kemampuan menulis dan membaca. Padahal, tidak banyak orang yang memiliki kemampuan ini. Tidak hanya itu, Hafshah juga taat dalam beribadah dan memilki sifat tegar saat dihadapkan dengan cobaan.

Dafanya Ilustration 1. Kisah Muhasabah Hafshah binti Umar bin Khatab

Setelah Khunais, suam Hafshah, meninggal dunia saat berperang, Umar bin Khatab berusaha mencari muslim yang bersedia menjadi pendamping anaknya. Akan tetapi, semua sahabat yang ia hampiri menolak karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah lah yang akan menikahi Hafshah. Awalnya, Umar merasa kecewa karena para sahabat tidak bisa menikahi putrinya, namun, saat tahu bahwa Rasulullah yang akan menikahi Hafshah, ia sangat senang.

Suatu ketika, Rasulullah mendengar kabar bahwa Hafshah cemburu pada seorang budak wanita bernama Mariyah. Rasulullah berusaha menenangkan Hafshah dan mengatakan jangan menceritakan pada siapa pun. Akan tetapi, Hafshah yang sudah terbakar api cemburu menceritakan hal ini pada Aisyah. 

Dafanya Ilustration 2. Kisah Muhasabah Hafshah binti Umar bin Khatab

Rasulullah yang mengetahui hal tersebut pun murka dan memutuskan untuk menjauhi istri-istrinya. Tidak sendiri, ia bersama Abu Rafi’ selama ia menjauhi istri-istrinya. Hal ini menyebabkan beredarnya kabar bahwa Rasulullah menceraikan istri-istrinya. Kabar ini tentunya terdengar hingga ke telinga Umar bin Khatab. Umar pun memutuskan untuk mendatangi Rasulullah dan menanyakan kabar tersebut.

Ternyata, kabar itu hanya rumor belaka. Umar yang senang pun meminta izin pada Rasulullah untuk menyebarkan kabar tersebut. Tidak hanya Umar bin Khatab yang merasa senang, Hafshah pun demikian. Setelah Rasulullah kembali dengan istri-istrinya, Hafshah sadar akan sikapnya sebelumnya dan berusaha memperbaiki diri dengan memperbanyak ibadahnya agar semakin dekat dengan Allahh SWT. Dengan ini, secara tidak sadar Hafshah telah bermuhasabah diri.

Muhasabah Pada Makanan dan Minuman, Emang Perlu?

Semakin dekat dengan hari Idul Fitri, #DFsister harus menjadi pribadi yang semakin baik. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, salah satunya dapat dilakukan dengan muhasabah diri. Muhasabah diri adalah merenungi perbuatan dan sikap yang telah kita lakukan dan menilai apakah sikap itu baik atau buruk. Jika buruk, perbuatan itu bisa dihindari di masa depan. Kebalikannya, jika baik, perbuatan itu dapat ditingkatkan.

Istilah muhasabah diri tidak hanya tren pada masa kini, sejak dulu sikap ini sudah diterapkan. Salah satu tokoh yang menerapkan muhasabah diri ini adalah Abu Bakar as-Siddiq. Abu Bakar dikenal sebagai sahabat Rasulullah yang setia mendampinginya. Sebelum memeluk islam, Abu Bakar sudah terkenal sebagai sosok yang baik, jujur serta menjauhi perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan kaumnya. 

Dafanya Ilustration 1. Muhasabah Pada Makanan dan Minuman

Abu Bakar tumbuh besar di kota Makkah dalam lingkungan kaum Quraisy. Keluarganya termasuk keluarga yang kaya karena bekerja sebagai pedagang. Saat Abu Bakar berdagang pun, ia tetap mengamalkan sikap jujur dan baiknya. Sebelum Abu Bakar memeluk islam, ia bermimpi di atas pangkuannya ada matahari dan bulan. Kemudian, Abu Bakar memegang dan mendekatkan keduanya pada dadanya dan menggunakan selendang untuk menutup matanya.

Saat menafsirkan mimpinya, dikatakan bahwa akan ada nabi akhir zaman dan Abu Bakar akan masuk ke dalam agamanya dan menjadi khalifah setelahnya. Setelah bertemu Rasulullah, Abu Bakar pun memeluk islam dan menjadi sahabat beliau yang setia menemaninya. Tidak hanya itu, Abu Bakar menjadi salah satu sahabat Rasulullah yang dijanjikan surga oleh Allah swt.

Dafanya Ilustration 2. Muhasabah Pada Makanan dan Minuman

Ada pun muhasabah diri yang dilakukan Abu Bakar terkait dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Suatu hari, Abu Bakar baru sampai rumah setelah beraktifitas. Ia merasa haus dan melihat ada segelas susu di meja. Ternyata, segelas susu itu milik pembantunya. Susu itu adalah upahnya sat ia masih bekerja sebagai juru ramal. 

Mengetahui hal ini, Abu Bakar berusaha memuntahkan susu hingga pingsan. Bahkan, ia rela menebus segelas susu tersebut dengan nyawanya sendiri. Di satu sisi, ia adalah salah satu sahabat Rasulullah yang dijanjikan surga, namun, ia tetap berusaha menjaga sikap dan perbuatannya.

Serial 2 : Abdurrahman bin Auf, Sahabat Nabi yang Hartanya Tidak Pernah Habis

Pada kisah sebelumnya, Abdurrahman menolak pemberian harta dari Sa’ad dan lebih memilih untuk berdagang kembali. Tidak hanya itu, Sa’ad yang memiliki dua istri juga menawarkan salah satu istrinya untuk dihalalkan bagi Abdurrahman. Hal ini juga ditolak oleh Abdurrahman. 

Abdurrahman justru meminta pada Sa’ad untuk menunjukkan pasar untuk tempatnya berdagang. Ia juga meminta Sa’ad untuk membeli tanah kurang berharga di dekat pasar dan dikelola untuk menjadi pasar. Kemudian Abdurrahman mengumumkan bahwa pasar tersebut dapat digunakan untuk berdagang tanpa dipungut biaya. Akan tetapi, jika para pedagang mendapat keuntungan, mereka perlu membagi hasil seikhlasnya.

Dafanya Ilustration 1. Abdurrahman bin Auf, Sahabat Nabi yang Hartanya Tidak Pernah Habis

Banyaknya pedagang yang memilih untuk berdagang di tempat yang dibuat Abdurrahman membuatnya tidak butuh waktu lama untuk mendapat pundi-pundi uangnya kembali. Abdurrahman pun mendapat masa kejayaannya kembali. 

Masa kejayaannya yang kembali dengan cepat ini tidak hanya didapat dari ketekunannya, namun, ia juga tekun beribadah serta ikut berjihad. Jika tidak sedang salat atau berjihad, barulah ia berdagang. Sifat dermawannya pun tetap melekat padanya. Dengan hartanya yang semakin melimpah, semakin banyak juga harta yang ia sedekahkan pada orang lain.

Dafanya Ilustration 2. Abdurrahman bin Auf, Sahabat Nabi yang Hartanya Tidak Pernah Habis

Dikisahkan Abdurrahman pernah menjual tanah seharga 1000 dinar dan membagikan uangnya pada orang yang lebih membutuhkan. Ia juga pernah memberikan 500 kuda serta 1500 untuk kaum muslim yang hendak berperang. Tidak hanya itu, ia juga menyedekahkan hartanya untuk kaum muslim yang ikut berperang. 

Tidak sampai di situ, saat Nabi Muhammad SAW. wafat, ia menanggung istri-istri beliau. Ia juga pernah membeli komoditas yang dibawa dengan 700 unta dan menimbulkan suara gemuruh saat unta-unta tersebut berjalan. Dibalik sifatnya yang gemar bersedekah, ada alasan yang membuatnya gemar berbagi. Ia takut menjadi orang yang terakhir masuk surga dibanding sahabat-sahabatnya. Hal ini dikarenakan hartanya yang sangat banyak. Akhirnya ia memutuskan untuk membagikan hartanya agar ia bisa masuk surga berdampingan dengan sahabat-sahabatnya. 

Serial 1 : Abdurrahman bin Auf, Sahabat Nabi yang Gemar Berbagi

Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. yang masuk Islam pertama kali. Abdurrahman adalah keturunan Bani Huzrah dari Jurai. Dikisahkan ia dekat dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Abu Bakar mengenalkan Islam pada Abdurrahman. Tidak hanya pada Abdurrahman, Abu Bakar juga mengenalkan Islam pada Utsman bin Affan, Zubir bin Awwam, Thalhan bin Ubaidillah, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. 

Dafanya Ilustration 1. Kisah Abdurrahman bin Auf

Dengan penuh keyakinan, mereka yang dikenalkan pada Islam oleh Abu Bakar pun menghadap Nabi Muhammad SAW. dan menyatakan keislamannya. Abdurrahman adalah nama yang diberikan Nabi Muhammad SAW. setelah ia masuk Islam. Sebelumnya, namanya adalah Abdul Kabah atau Abdu Amr.

Sejak menyatakan keislamannya, Abdurrahman selalu berada di sisi Nabi Muhammad SAW. Hal ini terbukti dengan keikutsertaan Abdurrahman hijrah ke Madinah bersama Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya, ia juga ikut hijrah ke Habasyah.

Dafanya Ilustration 2. Kisah Abdurrahman bin Auf

Tidak hanya selalu mendampingi Nabi Muhammad SAW., Abdurrahman adalah orang yang kaya raya. Kekayaan ini ia dapatkan karena kemahirannya dalam berdagang. Akan tetapi, hartanya ini ia tinggalkan saat ia ikut hijrah ke Madinah. Mengetahui hal ini, Nabi Muhammad SAW segera mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.

Abdurrahman pun dipersaudarakan dengan Sa’ad bin al-Rabi’ al-Anshari. Sa’ad merupakah salah satu orang kaya di Madinah. Sa’ad menawarkan hartanya pada Abdurrahman, namun, Abdurrahman menolak dan lebih memilih untuk berusaha dari nol. Ia pun memilih untuk berdagang kembali.

Serial 2 : Jujur Pada Manusia dan Allah swt.

Kalian pernah kepikiran gak sih, selama ini kita lebih jujur ke sesama manusia atau ke Allah swt.? Pada serial sebelumnnya, sudah disebutkan bahwa manfaat jujur kepada manusia lebih terasa secara instan jika dibandingkan jujur kepada Allah swt. Hal ini bisa menjadi salah satu pendorong untuk condong lebih jujur pada siapa, loh.

Jika dilihat secara fisik pun, kita langsung dapat melihat manusia. Hal ini tentu berbeda dengan Allah swt. Perbandingan lainnya adalah akibat dari tidak jujur pada manusia juga dapat kita rasakan secara langsung daripada tidak jujur pada Allah swt. 

Dafanya Ilustration 1. Jujur Pada Manusia dan Allah swt.

Kalau diibaratkan sebuah cerita, ada seseorang yang bekerja di sebuah toko bahan pokok. Suatu hari, ia membutuhkan bahan pokok untuk keluarganya di rumah, tetapi, ia juga mengalami keterbatasan materi untuk membelinya. Akhirnya, terbesit dalam pikirannya untuk mencuri bahan pokok di toko tempatnya bekerja.

Ada satu hal yang membuatnya masih mempertimbangkan untuk mencuri, yaitu adanya kamera pengawas yang terpasang di tokonya dan selalu diawasi oleh sang pemilik toko. Akhirnya, ia memutuskan untuk berkata jujur pada sang pemilik bahwa ia ingin mengambil bahan pokok di toko dan bersedia dipotong gajinya sesuai dengan bahan yang ia ambil. 

Dafanya Ilustration 2. Jujur Pada Manusia dan Allah swt.

Sang pemilik yang merasa tersentuh dengan kejujuran sang karyawan pun memberikan bahan pokoknya secara cuma-cuma. Di waktu lain, toko sedang kedatangan banyak pelanggan. Sang karyawan pun melayani para pelanggan hingga ia melewatkan salat.

Sang karyawan merasa biasa saja walaupun telah meninggalkan salat. Tidak ada perasaan cemas atau takut seperti saat ia takut ketahuan oleh sang bos jika mencuri. Apa kalian ada yang relate dengan cerita ini? Lebih takut dengan amarah manusia daripada amarah Allah swt.? Padahal, kita tidak akan tahu kapan amarah Allah swt. akan ‘meledak’ dan mengenai kita. Yuk, biasakan mulai jujur pada Allah swt. sebelum jujur pada sesama manusia!