Halo #DFsister ! Minggu lalu, kita sudah membahas mengenai Hafshah binti Umar bin Khatab dalam Serial 1. Buat #DFsister yang belum baca serial 1, bisa klik di sini ya!
Umar yang merasa gembira pun menemui Abu Bakar dan menyampaikan apa yang disampaikan Rasulullah. Abu Bakar pun berkata, “Aku tidak bermaksud menolakmu dengan ucapan ku tadi, karena aku tahu bahwa Rasulullah telah menyebut-nyebut nama Hafshah, namun aku tidak mungkin membuka rahasia dia kepada mu. Seandainya Rasulullah membiarkannya, tentu akulah yang akan menikahi Hafshah.” Utsman sendiri memiliki maksud untuk meminang saudaranya, yaitu Ummu Kultsum.
Setelah Hafshah menikah dengan Rasulullah, ia menempati kamar khusus, sama halnya dengan Saudah binti Zum’ah dan Aisyah binti Abu Bakar. Umar berpesan agar Hafshah mencintai dan dekat dengan Aisyah. Hal ini bukan tanpa alasan, Aisyah memiliki kedudukan yang tinggi di hati Rasulullah. Saking tingginya, orang yang ridha atau membuat marah Aisyah juga membuat Rasulullah merasakan hal yang sama. Umar juga berpesan agar Hafshah menjaga hubungan baik dengan Aisyah.

Umar pernah mendatangi rumah Rasulullah setelah mendengar kabar bahwa Rasulullah marah besar dengan istri-istrinya. Umar pun mengingatkan kepada Hafshah agar menjaga sikap. Diceritakan bahwa Rasulullah menjauhi istri-istrinya selama satu bulan. Selama satu bulan, Rasulullah tinggal di sebuah kamar yang disebut dengan khazanah. Di depan pintu kamar, ada seorang budak bernama Rabah.
Kejadian ini menyebabkan beredarnya kabar bahwa Rasulullah telah menceraikan istri-istrinya. Umar yang mendengar kabar ini pun resah dan segera menemu Hafshah. Umar berkata, “Rasulullah telah menceraikan mu sekali dan merujuk mu lagi karena aku. Jika dia menceraikan mu sekali lagi, aku tidak akan berbicara dengan mu selama-lamanya.” Hafshah yang mendengarnya pun menangis.
Berhari-hari Rasulullah menyendiri, tidak ada seorang pun yang memastikan apakah ia menceraikan istri-istrinya atau tidak. Umar pun mendatangi khazanah yang ditempati Rasulullah karena ia tidak sabar. Sesampainya ia di sana, ia meminta penjelasan kepada Rasulullah mengenai kabar tersebut. Rasulullah mengatakan bahwa ia tidak menceraikan istri-istrinya. Umar pun meminta izin untuk mengabarkan kabar ini kepada kaum muslimin. Kabar ini disambut gembira oleh kaum muslimin, terutama istri-istri Rasulullah.

Sebulan berlalu, Rasulullah pun kembali kepada istri-istrinya. Setelah kejadian tersebut, Hafshah semakin mendekatkan diri dengan Allah dengan memperbanyak ibadah, terutama puasa dan salat malam. Ia melakukan hal tersebut sebagai tebusan atas sikapnya kepada Rasulullah. Hingga Rasulullah wafat pun, Hafshah masih konsisten dengan ibadahnya.
Hafshah juga terkenal sebagai istri Rasulullah yang pandai membaca, menulis, dan menghafal. Kemampuan Hafshah ini belum lazim dimiliki oleh perempuan pada saat itu. Saat peperangan Riddah terjadi, banyak penghafal Al-Quran yang gugur dalam peperangan. Melihat situasi tersebut, Umar bin Khatab pun mendesak Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Quran yang tercecer.

Awalnya Abu Bakar ragu karena hal ini tidak pernah dilakukan sebelumnya. Umar bin Khatab tidak berhenti untuk mendesak Abu Bakar, akhirnya Abu Bakar memberi perintah kepada Hafshah untuk mengumpulkan lembaran-lembaran Al-Quran yang tersebar. Hafshah pun menjaga Al-Quran tersebut. Hafshah wafat pada tahun 41 Hijriyah atau 665 M pada usia 63 tahun. Ia dimakamkan di Baqi’ bersama dengan kuburan istri-istri Rasulullah yang lain.
Referensi : kisahmuslim.com & tabungwakaf.com