Setelah sebelumnya kita telah mengetahui kisah Abu Bakar as-Siddiq, hari ini kita cari tahu kisah musahabah yang lain yuk! Siapa yang sudah tidak asing dengan Hafshah binti Umar bin Khatab?
Hafshah binti Umar bin Khatab adalah istri Nabi Muhammad SAW. dan anak dari Umar bin Khatab. Pada masa itu, Hafshah memiliki kemampuan menulis dan membaca. Padahal, tidak banyak orang yang memiliki kemampuan ini. Tidak hanya itu, Hafshah juga taat dalam beribadah dan memilki sifat tegar saat dihadapkan dengan cobaan.
Dafanya Ilustration 1. Kisah Muhasabah Hafshah binti Umar bin Khatab
Setelah Khunais, suam Hafshah, meninggal dunia saat berperang, Umar bin Khatab berusaha mencari muslim yang bersedia menjadi pendamping anaknya. Akan tetapi, semua sahabat yang ia hampiri menolak karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah lah yang akan menikahi Hafshah. Awalnya, Umar merasa kecewa karena para sahabat tidak bisa menikahi putrinya, namun, saat tahu bahwa Rasulullah yang akan menikahi Hafshah, ia sangat senang.
Suatu ketika, Rasulullah mendengar kabar bahwa Hafshah cemburu pada seorang budak wanita bernama Mariyah. Rasulullah berusaha menenangkan Hafshah dan mengatakan jangan menceritakan pada siapa pun. Akan tetapi, Hafshah yang sudah terbakar api cemburu menceritakan hal ini pada Aisyah.
Dafanya Ilustration 2. Kisah Muhasabah Hafshah binti Umar bin Khatab
Rasulullah yang mengetahui hal tersebut pun murka dan memutuskan untuk menjauhi istri-istrinya. Tidak sendiri, ia bersama Abu Rafi’ selama ia menjauhi istri-istrinya. Hal ini menyebabkan beredarnya kabar bahwa Rasulullah menceraikan istri-istrinya. Kabar ini tentunya terdengar hingga ke telinga Umar bin Khatab. Umar pun memutuskan untuk mendatangi Rasulullah dan menanyakan kabar tersebut.
Ternyata, kabar itu hanya rumor belaka. Umar yang senang pun meminta izin pada Rasulullah untuk menyebarkan kabar tersebut. Tidak hanya Umar bin Khatab yang merasa senang, Hafshah pun demikian. Setelah Rasulullah kembali dengan istri-istrinya, Hafshah sadar akan sikapnya sebelumnya dan berusaha memperbaiki diri dengan memperbanyak ibadahnya agar semakin dekat dengan Allahh SWT. Dengan ini, secara tidak sadar Hafshah telah bermuhasabah diri.
Semakin dekat dengan hari Idul Fitri, #DFsister harus menjadi pribadi yang semakin baik. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, salah satunya dapat dilakukan dengan muhasabah diri. Muhasabah diri adalah merenungi perbuatan dan sikap yang telah kita lakukan dan menilai apakah sikap itu baik atau buruk. Jika buruk, perbuatan itu bisa dihindari di masa depan. Kebalikannya, jika baik, perbuatan itu dapat ditingkatkan.
Istilah muhasabah diri tidak hanya tren pada masa kini, sejak dulu sikap ini sudah diterapkan. Salah satu tokoh yang menerapkan muhasabah diri ini adalah Abu Bakar as-Siddiq. Abu Bakar dikenal sebagai sahabat Rasulullah yang setia mendampinginya. Sebelum memeluk islam, Abu Bakar sudah terkenal sebagai sosok yang baik, jujur serta menjauhi perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan kaumnya.
Dafanya Ilustration 1. Muhasabah Pada Makanan dan Minuman
Abu Bakar tumbuh besar di kota Makkah dalam lingkungan kaum Quraisy. Keluarganya termasuk keluarga yang kaya karena bekerja sebagai pedagang. Saat Abu Bakar berdagang pun, ia tetap mengamalkan sikap jujur dan baiknya. Sebelum Abu Bakar memeluk islam, ia bermimpi di atas pangkuannya ada matahari dan bulan. Kemudian, Abu Bakar memegang dan mendekatkan keduanya pada dadanya dan menggunakan selendang untuk menutup matanya.
Saat menafsirkan mimpinya, dikatakan bahwa akan ada nabi akhir zaman dan Abu Bakar akan masuk ke dalam agamanya dan menjadi khalifah setelahnya. Setelah bertemu Rasulullah, Abu Bakar pun memeluk islam dan menjadi sahabat beliau yang setia menemaninya. Tidak hanya itu, Abu Bakar menjadi salah satu sahabat Rasulullah yang dijanjikan surga oleh Allah swt.
Dafanya Ilustration 2. Muhasabah Pada Makanan dan Minuman
Ada pun muhasabah diri yang dilakukan Abu Bakar terkait dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Suatu hari, Abu Bakar baru sampai rumah setelah beraktifitas. Ia merasa haus dan melihat ada segelas susu di meja. Ternyata, segelas susu itu milik pembantunya. Susu itu adalah upahnya sat ia masih bekerja sebagai juru ramal.
Mengetahui hal ini, Abu Bakar berusaha memuntahkan susu hingga pingsan. Bahkan, ia rela menebus segelas susu tersebut dengan nyawanya sendiri. Di satu sisi, ia adalah salah satu sahabat Rasulullah yang dijanjikan surga, namun, ia tetap berusaha menjaga sikap dan perbuatannya.