Muhasabah Pada Makanan dan Minuman, Emang Perlu?

Semakin dekat dengan hari Idul Fitri, #DFsister harus menjadi pribadi yang semakin baik. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, salah satunya dapat dilakukan dengan muhasabah diri. Muhasabah diri adalah merenungi perbuatan dan sikap yang telah kita lakukan dan menilai apakah sikap itu baik atau buruk. Jika buruk, perbuatan itu bisa dihindari di masa depan. Kebalikannya, jika baik, perbuatan itu dapat ditingkatkan.

Istilah muhasabah diri tidak hanya tren pada masa kini, sejak dulu sikap ini sudah diterapkan. Salah satu tokoh yang menerapkan muhasabah diri ini adalah Abu Bakar as-Siddiq. Abu Bakar dikenal sebagai sahabat Rasulullah yang setia mendampinginya. Sebelum memeluk islam, Abu Bakar sudah terkenal sebagai sosok yang baik, jujur serta menjauhi perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan kaumnya. 

Dafanya Ilustration 1. Muhasabah Pada Makanan dan Minuman

Abu Bakar tumbuh besar di kota Makkah dalam lingkungan kaum Quraisy. Keluarganya termasuk keluarga yang kaya karena bekerja sebagai pedagang. Saat Abu Bakar berdagang pun, ia tetap mengamalkan sikap jujur dan baiknya. Sebelum Abu Bakar memeluk islam, ia bermimpi di atas pangkuannya ada matahari dan bulan. Kemudian, Abu Bakar memegang dan mendekatkan keduanya pada dadanya dan menggunakan selendang untuk menutup matanya.

Saat menafsirkan mimpinya, dikatakan bahwa akan ada nabi akhir zaman dan Abu Bakar akan masuk ke dalam agamanya dan menjadi khalifah setelahnya. Setelah bertemu Rasulullah, Abu Bakar pun memeluk islam dan menjadi sahabat beliau yang setia menemaninya. Tidak hanya itu, Abu Bakar menjadi salah satu sahabat Rasulullah yang dijanjikan surga oleh Allah swt.

Dafanya Ilustration 2. Muhasabah Pada Makanan dan Minuman

Ada pun muhasabah diri yang dilakukan Abu Bakar terkait dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Suatu hari, Abu Bakar baru sampai rumah setelah beraktifitas. Ia merasa haus dan melihat ada segelas susu di meja. Ternyata, segelas susu itu milik pembantunya. Susu itu adalah upahnya sat ia masih bekerja sebagai juru ramal. 

Mengetahui hal ini, Abu Bakar berusaha memuntahkan susu hingga pingsan. Bahkan, ia rela menebus segelas susu tersebut dengan nyawanya sendiri. Di satu sisi, ia adalah salah satu sahabat Rasulullah yang dijanjikan surga, namun, ia tetap berusaha menjaga sikap dan perbuatannya.