Pada kisah sebelumnya, Abdurrahman menolak pemberian harta dari Sa’ad dan lebih memilih untuk berdagang kembali. Tidak hanya itu, Sa’ad yang memiliki dua istri juga menawarkan salah satu istrinya untuk dihalalkan bagi Abdurrahman. Hal ini juga ditolak oleh Abdurrahman.
Abdurrahman justru meminta pada Sa’ad untuk menunjukkan pasar untuk tempatnya berdagang. Ia juga meminta Sa’ad untuk membeli tanah kurang berharga di dekat pasar dan dikelola untuk menjadi pasar. Kemudian Abdurrahman mengumumkan bahwa pasar tersebut dapat digunakan untuk berdagang tanpa dipungut biaya. Akan tetapi, jika para pedagang mendapat keuntungan, mereka perlu membagi hasil seikhlasnya.
Dafanya Ilustration 1. Abdurrahman bin Auf, Sahabat Nabi yang Hartanya Tidak Pernah Habis
Banyaknya pedagang yang memilih untuk berdagang di tempat yang dibuat Abdurrahman membuatnya tidak butuh waktu lama untuk mendapat pundi-pundi uangnya kembali. Abdurrahman pun mendapat masa kejayaannya kembali.
Masa kejayaannya yang kembali dengan cepat ini tidak hanya didapat dari ketekunannya, namun, ia juga tekun beribadah serta ikut berjihad. Jika tidak sedang salat atau berjihad, barulah ia berdagang. Sifat dermawannya pun tetap melekat padanya. Dengan hartanya yang semakin melimpah, semakin banyak juga harta yang ia sedekahkan pada orang lain.
Dafanya Ilustration 2. Abdurrahman bin Auf, Sahabat Nabi yang Hartanya Tidak Pernah Habis
Dikisahkan Abdurrahman pernah menjual tanah seharga 1000 dinar dan membagikan uangnya pada orang yang lebih membutuhkan. Ia juga pernah memberikan 500 kuda serta 1500 untuk kaum muslim yang hendak berperang. Tidak hanya itu, ia juga menyedekahkan hartanya untuk kaum muslim yang ikut berperang.
Tidak sampai di situ, saat Nabi Muhammad SAW. wafat, ia menanggung istri-istri beliau. Ia juga pernah membeli komoditas yang dibawa dengan 700 unta dan menimbulkan suara gemuruh saat unta-unta tersebut berjalan. Dibalik sifatnya yang gemar bersedekah, ada alasan yang membuatnya gemar berbagi. Ia takut menjadi orang yang terakhir masuk surga dibanding sahabat-sahabatnya. Hal ini dikarenakan hartanya yang sangat banyak. Akhirnya ia memutuskan untuk membagikan hartanya agar ia bisa masuk surga berdampingan dengan sahabat-sahabatnya.
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. yang masuk Islam pertama kali. Abdurrahman adalah keturunan Bani Huzrah dari Jurai. Dikisahkan ia dekat dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Abu Bakar mengenalkan Islam pada Abdurrahman. Tidak hanya pada Abdurrahman, Abu Bakar juga mengenalkan Islam pada Utsman bin Affan, Zubir bin Awwam, Thalhan bin Ubaidillah, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.
Dafanya Ilustration 1. Kisah Abdurrahman bin Auf
Dengan penuh keyakinan, mereka yang dikenalkan pada Islam oleh Abu Bakar pun menghadap Nabi Muhammad SAW. dan menyatakan keislamannya. Abdurrahman adalah nama yang diberikan Nabi Muhammad SAW. setelah ia masuk Islam. Sebelumnya, namanya adalah Abdul Kabah atau Abdu Amr.
Sejak menyatakan keislamannya, Abdurrahman selalu berada di sisi Nabi Muhammad SAW. Hal ini terbukti dengan keikutsertaan Abdurrahman hijrah ke Madinah bersama Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya, ia juga ikut hijrah ke Habasyah.
Dafanya Ilustration 2. Kisah Abdurrahman bin Auf
Tidak hanya selalu mendampingi Nabi Muhammad SAW., Abdurrahman adalah orang yang kaya raya. Kekayaan ini ia dapatkan karena kemahirannya dalam berdagang. Akan tetapi, hartanya ini ia tinggalkan saat ia ikut hijrah ke Madinah. Mengetahui hal ini, Nabi Muhammad SAW segera mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.
Abdurrahman pun dipersaudarakan dengan Sa’ad bin al-Rabi’ al-Anshari. Sa’ad merupakah salah satu orang kaya di Madinah. Sa’ad menawarkan hartanya pada Abdurrahman, namun, Abdurrahman menolak dan lebih memilih untuk berusaha dari nol. Ia pun memilih untuk berdagang kembali.
Dafanya Ilustration 1. Amalan yang Dapat Menyelematkanmu di Akhirat
Dalam rukun islam terdapat lima hal. Yaitu, mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan salat, membayar zakat, menjalankan puasa, dan naik haji. Salah satu yang erat kaitannya dengan bulan Ramadhan adalah zakat. Lebih tepatnya zakat fitrah yang dibayarkan sebelum salat Ied.
Tanpa kita sadari, zakat ini membersihkan harta kita loh. Seperti yang tertulis pada surah At-Taubah ayat 103 yang memiliki arti :
“Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Layaknya tubuh yang kotor dan perlu dibersihkan, harta kita pun perlu dibersihkan agar bersih. Tidak cuma itu, anjuran untuk membersihkan harta pun tertulis dalam surah At-Taubah ayat 34 yang memiliki arti :
“… Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.”
Tidak hanya untuk menghindari ganjaran yang pedih di akhirat kelak, zakat juga menolong sesama muslim dan menumbuhkan rasa tolong-menolong dan peduli pada sesama. Rasa kepedulian pada sesama yang tinggi nantinya akan menimbulkan rasa kebersamaan antar umat muslim. Dengan zakat, kita juga bisa tetap rendah hati. Sikap rendah hati ini akan menjauhkan kita dari sifat sombong yang tidak disukai Allah swt.